Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memberikan sebagian rezki yang didapatnya kepada orang-orang yang membutuhkannya. Adalah merupakan janji Allah bahwa seseorang yang memberikan shadaqah atau pun pemberian lain, Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih banyak, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 245 sebagai berikut:
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (QS. Al-Baqarah: 245).
Adapun mengenai nafkah yang dikeluarkan, Allah SWT berfirman:
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah: 215).
Allah SWT hendak mendidik hamba-hamba-Nya yang shaleh agar mempunyai sifat yang murah hati, bermata hati terbuka dengan mengetahui kesusahan orang lain, mempunyai kasih sayang kepada sesama manusia, di mana melalui ayat-ayat di atas agar hamba-hamba-Nya ringan tangan membantu orang lain, dengan tegas Allah SWT memberi petunjuk agar nafkah yang yang dikeluarkan agar diberikan kepada: ibu dan bapak, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
Meskipun demikian, Allah SWT yang Maha Adil memberikan peringatan kepada hamba-hamba-Nya agar tidak berlebih-lebihan dalam mengeluarkan hartanya sehingga bisa membuatnya menyesal.
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’: 29)
Yang membuat seorang hamba tercela di dalam firman Allah di atas adalah sifat kikir yang dituruti, sebaliknya yang membuat menyesal adalah sifat berlebih-lebihan. Kikir adalah sifat yang sangat tercela karena hal itu merupakan perbuatan syetan. Syetan akan senang dengan orang yang kikir. Sedangkan bagi orang yang sedekah syetan sangat membencinya, dengan beberapa alasan: sebab dengan sedekah itu Allah akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan ia disenangi di kalangan makhluk-Nya, dengan sedekah itu allah akan menjadikan suatu penghalang antara neraka dan dirinya, dan akan menghindarkannya dari segala bencana dan penyakit.
Jelas sekali dengan aktivitas sedekah itu mempunyai keuntungan di dunia dan akhirat. Yang juga hendak disampaikan oleh firman di atas adalah bahwa kepandaian mengelola keuangan dengan baik juga merupakan hal yang sangat penting. Seseorang yang telah dilebihkan rizkinya oleh Allah, dengan mengeluarkan sedekah juga harus pandai mengelola uangnya agar di suatu saat tidak jatuh dalam kekurangan yang berakibat dirinya tidak berdaya secara ekonomi. Tentu, hal itu tidak dikehendaki. Manajemen kekayaan juga merupakan ilmu tersendiri yang harus dikuasai. Karena itu seseorang harus belajar ilmu mengelola keuangan dari mana saja, dari buku-buku atau belajar dari pengalaman orang lain, baik cara-cara yang sederhana atau yang lebih luas. Intinya, dengan kepandaian mengelola keuangan seseorang akan dapat melakukan sedekah lebih banyak di kemudian hari, akan menghindarkan dirinya dari kecerobohan, serta menyelamatannya dari kemungkinan kekurangan uang.
Tetapi sedekah tidak harus ketika uang telah terkumpul banyak sekali, bahkan dengan uang yang terbatas sedekah sudah bisa dilakukan, dan pengelolaan keuangan yang baik tetap menjadi kebutuhan di dalam kondisi mempunyai uang banyak ataupun sedikit. Sesungguhnya Allah hendak mendidik hamba-hamba-Nya agar pandai mengelola keuangannya agar tidak datang suatu masa yang bisa membuatnya menyesali keadaan karena kekurangan uang.
Allah hendak mendidik hamba-Nya agar berdiri di tengah-tengah di dalam bermurah hati kepada orang lain. Sebagian orang, mereka sangat kikir dan egois; dan sebagian yang lain, mereka dermawan, bahkan sangat murah hati.
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” ( QS. Al-Israa’: 30)
No comments:
Post a Comment