Yang perlu dipahami juga adalah sistem sosial kita. Mentalitas keberhasilan tersusun dari semangat positif tiap-tiap orang. Sistem sosial di mana kita tinggal juga mempunyai pengaruh kepada seseorang untuk berusaha menjemput rizki. Sistem sosial yang benar akan mengubah seseorang menjadi benar. Sistem sosial yang benar akan mempermudah seseorang berkembang dan berusaha, sebaliknya sistem sosial yang tidak benar akan mempersulit seseorang di dalam berusaha dan mengembangkan potensi-potensi “daya hidup” di dalam dirinya. Alangkah indahnya perpaduan antara pribadi-pribadi yang benar yang berhasil dalam hidupnya dan sistem sosial yang benar, sebab keduanya saling memperkuat. Bayangkan jika sistem sosial kemasyarakatan kita koruptif dan “menghalalkan” perbuatan-perbuatan korupsi tentu hal itu sangat menghambat bahkan merusak pribadi-pribadi yang benar. Sebaliknya jika sistem sosial itu benar, maka pribadi-pribadi yang jelek sekalipun akan bisa berkembang menjadi baik. Sedangkan pada mereka yang baik akan berkembang semakin baik.
Sistem sosial yang membiarkan gap (kesenjangan) antara kaya dan miskin seperti yang dapat dilihat kenyataannya di masyarakat, juga akan mempersulit atau menghambat seseorang. Uang akan beredar kebanyakan pada orang-orang kaya dan kurang menetes ke bawah. Seseorang yang baru berusaha sekuat tenaga meristis usaha tentu tidak mudah menembus benteng pada lapisan atas orang-orang kaya yang mempunyai banyak duit. Mengapa kemiskinan di negara ini sepertinya laten, salah-satu sebabnya adalah gap orang miskin dan orang kaya di negara ini sangatlah lebar dan tidak ada suatu cara, atau sistem, atau badan yang berposisi di tengah-tengah yang mendekatkan ataupun mencairkan gap (kesenjangan) yang menganga lebar antara lapisan kaya dan lapisan miskin. Kondisi sistem sosial seperti ini jelas menghambat kemajuan individu-individu. Kesulitan akan dirasakan oleh mereka yang merintis usaha dari bawah. Keberhasilan adalah cita-cita mereka, dan jika gagal mereka hanya mempunyai pilihan mencoba lagi dan mencoba lagi, tetapi bagi mereka yang tidak sekuat golongan pertama yang bermental baja ini akan menyerah dan menyerahkan nasibnya pada “takdir”, di mana tak ada harapan lagi berusaha karena sistem sosial di mana mereka hidup tidak memberi peluang, tidak mendukung usaha-usahanya yang dirintis dengan lurus dan benar.
Ketika sistem sosial itu bersifat individualis, mementingkan diri sendiri karena kemiskinan bangsa maka budaya yang berkembang adalah budaya menerabas, tidak hirau pada nasib orang lain, tidak hirau untuk menciptakan kedamaian bagi sesama, tidak berpikir bahwa tiap-tiap individu mempuyai hak yang sama untuk hidup berhasil. Sistem yang timpang juga akan melahirkan ketidakpuasan sosial, yang akan menciptakan persaingan hidup yang tidak sehat yang tentu akan menghambat kemajuan bangsa. Akhirnya, mereka pelan-pelan berpikir kalau miskin adalah takdir. Sementara sistem sosial di mana mereka hidup telah menyumbang pada kondisi miskin itu.
Padahal Al-Qur’an menyatakan kalau manusia adalah mahluk yang paling mulia, dan diciptakan Allah dengan segala potensi yang besar. Betapa Allah menghargai manusia melebihi mahluk-mahluk-Nya yang lainnya. Otak manusia adalah harta benda yang tak ternilai yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Allah juga memerintahkan manusia untuk berusaha di muka bumi ini. Betapa penting dan kuatnya manusia sehingga dipercaya Allah mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi. Sementara jelas dinyatakan bahwa kefakiran hidup bisa menjerumuskan seseorang kepada kekafiran.
Di dalam sistem yang tidak benar akan menciptakan individu-individu yang jika mereka berhasil dalam hidup, berarti mereka itu telah lolos di dalam mengalami berbagai macam ujian yang bisa menjerumuskannya ke dalam akhlak yang tidak terpuji. Jika ada orang yang tetap lurus dan benar akhlaknya, dan berhasil mencapai puncak kejayaan di tengah sistem yang koruptif, misalnya, berarti ia telah berhasil bertahan menjadi orang yang benar dan lurus, meskipun tidak mudah. Yang hendak dikatakan adalah di tengah sistem sosial yang benar, yang didukung pranata-pranata sosialnya yang terlembaga dengan baik akan melahirkan lebih banyak lagi individu-individu yang benar dan lurus itu dibandingkan dengan sistem yang buruk. Kemajuan bangsa mempunyai korelasi langsung dengan individu-individu yang baik dan lurus, yang pantang menyerah berusaha di muka bumi dan hidup di dalam sistem sosial yang benar pula.
Kemiskinan di negari ini menjadi laten. Ketimpangan hidup terjadi di mana-mana. Yang memang miskin hidup dalam serba kekurangan. Yang kaya merasa tak terusik dan menikmati posisinya di lapisan atas strata sosial. Sampai kapan kemiskinan yang laten ini bisa berubah? Kalau kita kembali kepada Al-Qur’an, semestinya kemudahan hidup itu merupakan hak setiap orang. Orang kaya adalah orang dilebihkan rizkinya oleh Allah, tetapi orang disempitkan rizkinya oleh Allah juga kehendak Allah. Keduanya berasal dari Allah, kaya dan miskin. Allah yang berkuasa mengubah segalanya, membolak-balikkan keadaan semua hambanya, tetapi kenapa gap kaya-miskin tetap bersifat laten? Dari segi keadilan ini tidak sesuai dengan kehendak Allah. Seandainya pun orang miskin menerima kondisi miskinnya, tentu Islam tak mengijinkan orang miskin menderita fisik, batin, mental, spiritualnya sekaligus. Kondisi yang nyaman di dalam sistem sosial akan menciptakan rasa nyaman di dalam mental dan spiritualnya. Kekurangan harta merupakan sesuatu hal yang biasa seperti yang disebutkan Al-Qur’an. Kebahagiaan hidup di dunia juga bukan dengan uang semata-mata.Tetapi jika di belahan sana orang-orang kaya hidup dalam kemewahan, uang yang dihambur-hamburkan untuk memenuhi hawa nafsu manusia yang tiada mengenal batas, tentu akan menciptakan sistem sosial yang tidak nyaman. Bagi orang-orang miskin tidak nyamannya hidupnya selain kekurangan uang juga karena hidup berdampingan dengan orang-orang kaya dalam sistem sosial yang senjang itu.
Sebaliknya bagi saudara-saudara yang hidup kaya. Uang yang melimpah bukan jaminan hidup bahagia di dunia yang hanya mampir minum ini. Jika sistem sosial berlaku dengan benar maka orang-orang kaya akan dimudahkan dalam membantu anggota masyarakat yang hidup dalam kekurangan. Akan tercipta juga kondisi di mana orang-orang yang baru merintis usahanya dari bawah akan lebih mudah menjangkau lapisan orang-orang atas yang lebih banyak duit. Usaha yang dilakukan lebih mudah berkembang. Antara yang miskin dan kaya lebih mudah saling menyapa, ada perasaan saling membutuhkan, ada keinginan untuk saling melindungi. Bahwa semua harta kekayaan di masyarakat akan berkah kalau orang kaya dan miskin saling mengerti dan saling membantu. Allah yang akan menurunkan keberkahan dari langit maupun dari bumi. Allah telah menjanjikan tiada keresahan bagi orang-orang kaya yang dermawan menafkahkan uangnya semata-mata mengharap ridha Allah sebab Allah pasti akan membalasnya dengan pemberian yang banyak. Keberkahan di masyarakat itu akan tercipta jika orang-orang kaya memperhatikan saudara-saudaranya orang yang miskin. Tidak ada ruginya sedikitpun menafkahkan hartanya jika dengan tujuan ikhlas mengharapkan ridha Allah. Kesenjangan yang menyempit dapat menebarkan harapan bagi orang-orang miskin untuk berubah nasibnya di kemudian hari berdasarkan keyakinan pada janji Allah bahwa Allah-lah yang melapangkan rizki pada suatu masa dan menyempitkan jalannya rizki pada masa yang lainnya, demikian itu terjadi secara bergiliran. Keberkahan yang dijanjikan Allah akan diturunkan Allah dari langit dan bumi itu adalah pada sistem sosial yang benar.
Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Israa’: 16 sebagai berikut:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Israa’: 16)
Jika Allah bisa menghancurkan suatu negeri yang karena orang-orang kayanya hidup dalam kemewahan tetapi tidak mentaati perintah Allah, sebaliknya Allah akan menurunkan rahmat dan kasih-sayang kepada negeri yang orang-orang kayanya mentaati perintah-perintah Allah. Itulah rahasia Allah. Bahwa jika harta di masyarakat itu beredar dengan baik, dari lapisan atas, menengah dan bawah, dan tidak “tertahan” di atas orang-orang kaya yang jumlah paling sedikit. Susahnya orang miskin bertambah, ketika harta itu tertahan di atas, sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Jika itu terjadi terus, maka akan dicabut keberkahan pada harta yang beredar di masyarakat itu. Hidup yang tidak nyaman tidak hanya dirasakan oleh orang-orang miskin, tetapi juga oleh orang-orang kaya. Keberkahan yang dicabut akan mengakibatkan hilangnya kedamaian di masyarakat.
Kembali kepada pesan Allah seperti yang disebutkan di atas adalah sangat penting, agar di negeri tempat kita hidup ini terdapat keberkahan. Tidak ada ruginya orang kaya yang dengan ringan tangan menafkahkan hartanya di jalan Allah, juga tidak perlu disesali sedikitpun ketika Allah menakdirkan seseorang miskin sebab menjalani hidup miskin dengan sabar akan dibalas Allah dengan pahala yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment