Saturday, November 20, 2010

Kesesuaian antara Hati dan Pikiran




Di dalam bekerja dan kehidupan sehari-hari, kedamaian itu terdapat di dalam kesesuaian antara hati dan pikiran. Itulah kebahagiaan sejati di dunia. Manusia hidup di dunia yang fana tak akan terlepas dari beban kehidupan dan sering mengalami stres. Sudah menjadi sifat manusia, manusia diciptakan Allah dengan susah-payah. Kesesuaian antara hati dan pikiran dapat dicapai dengan jalan menempatkan Allah di dalam hati pada kedudukan pertama di mana Allah sebagai pusat di dalam diri. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra’d: 28, yaitu:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Ada anggapan sementara orang kalau bekerja mencari uang, seseorang haruslah lebih banyak menggunakan pikirannya. Menggunkan hati berarti bisa terjatuh kepada belas kasihan kepada orang lain, dan hal itu adalah kelemahan. Menggunkan hati berarti kurang cerdik, kurang lincah jika dibandingkan dengan menggunakan pikiran yang banyak. Selain itu, bagaimanapun pikiran adalah di depan. Apalagi di dalam persaingan kerja maupun usaha yang semakin hari semakin keras. Kalau mau eksis maka maksimalkan kekuatan pikiran. Akhirnya, pikiran benar-benar manjadi panglima.

Tetapi seperti yang saya saksikan, saya kenal secara pribadi (dan berhubungan baik) dengan seorang yang sangat sukses secara material. Tetapi hidupnya dipenuhi banyak problem yang seolah tidak berkesudahan. Karena banyak problem menjadikan hidupnya tidak tenang. Seorang ini sangat cerdas. Seorang ini telah mempunyai jabatan CEO sebuah perusahaan. Dia telah menjadikan pikirannya sebagai panglima. Maka dalam setiap negosiasi-negosiasi bisnis, ia memperoleh banyak kemenangan. Ia memang pandai bersilat-lidah. Ia sangat dominan ketika berhadapan dengan lawan bisnisnya. Tampak bahwa ia sangat pandai bersiasat. Allah telah memberi kelebihan-kelebihan kepadanya.

Tetapi hidupnya tidak pernah tenang. Ketika menghadapi lawan-lawan bisnisnya ia sangat piawai. Semua orang mengakui kehebatannya. Tetapi ketika balik ke rumah, ketidaktenangan itu mulai dirasakan. Apa sebabnya?

Ketika pikirannya sangat dominan dalam dirinya, yang semua itu teraktualisasikan di dalam dunia kerja formal, maka pikiran itu berpotensi untuk terlepas dan jalan sendiri tanpa diikuti oleh hatinya. Yang penting di dalam setiap pembicaraan, pikiran mencari seribu satu argumentasi yang membuatnya merasa menang. Pikiran lalu bisa menjadi bola liar. Dan hatinya tak diberi kesempatan untuk mengendalikannya.

Problem ketidaktenangan dalam hidup karena hatinya sangat mungkin tidak menyetujui prinsip-prinsip yang tertatam kuat dalam pikirannya. Jika prinsip-prinsip itu telah membatu, maka akan sulit hati ikut andil di dalam meluruskan jalan hidupnya. Setiap pesan yang datang dari suara hati akan dicari rasionalisasinya, jika tidak membawa keuntungan secara material maka tidak perlu didengarkan.

Kembali ke masalah kesesuaian antara hati dan pikiran. Hal ini berarti antara yang dipikirkan harus dibenarkan oleh hati. Lebih jauh lagi, antara ucapan dan aktivitas yang dilakukan yang tampak secara lahiriah juga haruslah dibenarkan oleh hati. Hal itu memerlukan konektivitas yang terus-menerus antara hati dan pikiran. Masing-masing dapat bertindak sebagai penyeimbang, sehingga tercapailah ketenangan dan kebahagiaan hidup di dalam kondisi apapun, baik suka atau duka, lapang atau sempit.





Title: Kesesuaian antara Hati dan Pikiran; Written by AMH; Rating Blog: 5 From 5

No comments:

Post a Comment