Thursday, November 18, 2010

Waspada Terhadap Istidroj




Jika Allah memperbesar harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang hamba ada dua kemungkinan yang perlu diwaspadai. Pertama, Allah memberikannya dengan rasa sayang atau kedua, Allah memberikannya sebagai “umpan” atau “ulu-ulu” (istidroj). Perbedaan di antara keduanya bisa sangatlah tipis dan seseorang kurang menyadari tujuan Allah itu apakah sebagai wujud kasih-sayang Allah atau ujung-ujungnya akan menghancurkannya karena harta kekayaan yang melimpah itu hanyalah sebagai “umpan” yang datangnya dari Allah. Karena sebagai dzat Yang Maha Memberi rizki, Allah berkuasa meluaskan rizki dan menyempitkan rizki itu kepada siapa saja yang Dia kehendaki, apakah seseorang itu taat kepada Allah atau yang ingkar kepada-Nya. Boleh jadi istidroj dirasakannya seolah-olah Allah sayang kepada seseorang hamba itu, selanjutnya ia merasa Allah telah memuliakannya dengan harta kekayaan yang dimilikinya itu.

Yang harus diketahui jika Allah memberikan rizki (harta kekayaan) kepada seseorang secara berlimpah dengan rasa sayang, Allah berkehendak memelihara dia sebagai hambanya dari kekufuran, dosa atau maksiat. Sebaliknya jika harta kekayaan yang dilimpahkan tersebut sebagai istidroj maknanya Allah tidak sayang kepada orang tersebut, sebab dengan harta tersebut akan makin menjauhkan orang tesebut kepada Allah, selanjutnya lupa kepada Allah. Sebagai istidroj, Allah menambah terus harta bendanya dan semakin bertambah yang semakin tenggelam dalam kemewahan dunia. Mereka ini orang-orang yang tidak mendapatkan belas-kasihan dan kasih sayang Allah karena mendustakan ayat-ayat Allah.

Allah SWT telah memperingatkan dalam QS. Al-A’raaf: 182 sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-A’raaf: 182).

Selanjutnya Allah menyatakan:

“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS. Al-A’raaf: 183).

Dari ayat di atas mengandung pengertian bahwasanya Allah menyaksikan seseorang yang makin tenggelam dalam kerusakan moral, Allah membiarkannya dan tidak memberi petunjuk sedang jalan yang ditempuhnya adalah jalan yang sesat. Mereka sudah diberikan peringatan, tetapi tidak mendengarkan peringatan karena hawa nafsu telah menguasai mereka.

Ibnu Mas’ud RA berkata:
Artinya:
1) Betapa banyak manusia yang dihukum secara berangsur-angsur melalui kesenangan yang diberikan kepadanya.
2) Betapa banyak manusia yang mendapat cobaan melalui pujian orang lain kepadanya.
3) Betapa banyak manusia yang terperdaya karena kelemahannya disembunyikan oleh Allah.






Title: Waspada Terhadap Istidroj; Written by AMH; Rating Blog: 5 From 5

No comments:

Post a Comment